banyakbaca.id – Teater eL Na’ma menggelar pertunjukan KERE’DONG. Di gedung PPSB Asem Baris Tebet, pada hari Sabtu lalu, 30 September 2023. Pertunjukan ini merespon Program Kegiatan Lingkar-Dalam-JKT, Seni Pertunjukan, Pekan Kebudayaan Nasional 2023, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi yang bertujuan untuk mendorong komunitas tari dan teater menghasilkan karya baru yang non konvensional dan inovatif. Berekspertimen dari perspektif seniman terhadap multi kultur dan tatapan kota Jakarta ke dalam karya baru. Juga terciptanya ruang publik yang hidup, dinamis dan terhubung dengan komunitas seni serta masyarakat.
Sinopsis pertunjukan Kere’dong: Berbagai cara dilakukan Koloni Parasit untuk menguasai dan menghancurkan masyarakat Kere’dong. Mulai dengan cara yang terlihat hingga tak kasat mata. Ketika serangan dengan cara kekerasan mampu terbendung, Koloni Parasit lantas tak pantang mundur. Mulailah mereka mengerahkan cara-cara yang lebih bersahabat. Sampai akhirnya Masyarakat Kere’dong tak sadar, digerogoti ketergantungan terhadap segala yang ditawarkan Koloni Parasit. Dan perlahan-lahan masyarakat Kere’dongpun menuju kehancuran mereka sendiri.
Pertunjukan Kere’dong ini oleh Lalu Karta Wijaya sebagai penggagas karya sekaligus sutradara terinspirasi dari beragam fenomena sosial seiring perkembangan modernisasi dan globalisasi yang terjadi di berbagai lini kehidupan masyarakat saat ini khususnya perkotaan membawa dampak positif maupun negatif. Pergesekan tradisi dan budaya tentu juga kerap terjadi. Namun pada prosesnya kemudian apakah nilai-nilai dan hakikat Pancasila yang kita akui mutlak sebagai dasar ideologi, identitas, cita-cita, pemersatu, falsafah dan pandangan hidup bermasarakat, berbangsa dan bernegara masih pula melekat dan tak terabaikan?

Lakon Kere’dong dalam sebuah catatan Sutradara:
Fenomena dan perubahan adalah bagian yang tak lepas dari dinamika sosial yang terus bergerak. Segala bentuk perubahan bisa saja bersifat konstruktif atau destruktif. Seperti halnya perkembangan teknologi internet dan gadget sebagai alat komunikasi dan transaksi sosial sudah menjadi sebuah kebutuhan di era keterbukaan saat ini. Konflik dan perpecahan karena kepentingan yang beragam sangat rentan terjadi. Menjaga akal budi, semangat persatuan, kepedulian, solidaritas, kerukunan, gotong royong dan tolong menolong adalah tanggung jawab dan kesadaran bersama yang harus terus dirawat untuk mempertahankan keberlangsungan hidup bermasyarakat yang utuh, damai dan sejahtera.
Kurang lebih satu bulan setengah kami menggarap proses persiapan pertunjukan lakon Kere’dong, tentu memiliki tantangan tersendiri bagi kami dalam wilayah penciptaan proses kreatif. Dengan mengambil kasus dan konflik sosial yang ramai muncul di permukaan melalui pemberitaan televisi atau media sosial juga yang tampak di sekitaran yang begitu bising juga ambigu terkait kepentingan politik, bisnis, atau tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang memicu tindakan kriminal, anarkis dan perpecahan di mayarakat. Kemudian kami jadikan sebagai landasan menemukan ide dan gagasan pertunjukan. Sebuah pertanyaan muncul di benak kami, apakah fenomena yang bersifat destruktif itu adalah gambaran dari terjadinya disintegrasi, ketidak teraturan dan rusaknya moralitas dan tatanan? Misalnya demi memenuhi tuntutan materi dan kepentingan pribadi, orang rela mengabaikan nilai dan norma yang berlaku meski berpotensi menimbulkan korban, kerusakan dan perpecahan. Nilai, norma, akal budi yang diwariskan turun temurun dari tradisi adat budaya, agama maupun ideoligi bangsa tentu tidak ingin kita abaikan. Sebagai identitas, ideologi, pedoman hidup dan perlindungan untuk menjaga semangat persatuan, keutuhan, kedamaian dan kesejahteraan bangsa.
Maka muncullah ide Kere’dong yang berarti kain penutup kepala atau badan untuk melindungi diri dari dingin atau sebagainya sebagai simbol ideologi, identitas dan pedoman hidup itu sendiri.
Pertunjukan Kere’dong yang berdurasi sekitar satu jam, berupaya memadatkan siklus panjang proses pergerakan dan perubahan dinamika sosial melalui adegan dengan nuansa bermain-main. Sebuah refleksi untuk mengajak penonton berpetualang tentang makna dibalik fenomena, nilai dan norma pedoman hidup yang lambat laun mulai terkikis seiring perkembangan kemajuan teknologi dan tuntutan hidup.
Kere’dong adalah Produksi Teater eL Na’ma yang ke-35 setelah selama 23 tahun berdiri yaitu pada tahun 2000. Aktor-aktor yang terlibat di pertunjukan ini adalah aktor-aktor teater eL Na’ma yang berkolaborasi dengan beberapa aktor dari luar eL Na’ma. Peran Suku/Masyarakat Kere’dong dimainkan oleh Turana, M.Saiful Bahri, Bzo Sutejo, K.J. Abror, Geusan, Reza Eja, Liga Duile, Ayu Dikca. Sementara Koloni Parasit dimainkan oleh BMF. Ubaid, Daus. Didukung oleh penata Musik M. Ramdhani, Penata Cahaya Prio Herminto, Penata Artistik Geusan, Make up Nufus Art, Stage Manager K.J. Abror dan Pimpinan Produksi Ramadhan Judo P.
Pertunjukan ini dihadiri oleh Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan Bapak Rusmantoro beserta jajarannya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta (Bapak Bambang Prihadi), Seno Joko Suyono, Ketua Sintesa, dan para pegiat teater, masyarakat umum, mahasiswa dan pelajar, serta beberapa tamu undangan.