Cerita Guru Belajar menggelar pembukaan Temu Pendidik Nusantara X (TPN X) pada Minggu (28/5) di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. TPN merupakan rangkaian konferensi pendidikan tahunan yang akan berlangsung hingga bulan Oktober.
Himmatul Aliyah, anggota komisi DPR RI yang hadir sebagai narasumber sesi talkshow, mengatakan, tema TPN X, yakni “Tumbuh Berkelanjutan, Perubahan Pendidikan Melampaui Ruang Kelas” sesuai dengan tuntutan ajaran agama.
“Pendidikan itu sepanjang hayat, dari lahir sampai liang lahat. Apalagi terkait perubahan yang menyebabkan kita terus belajar, terus mengupgrade diri, sehingga kita tidak tergilas oleh kemajuan zaman,” katanya.
Dia mengingatkan kembali masa pandemi tiga tahun lalu. Keadaan mendadak berubah dan guru menghadapi tantangan yang sebelumnya belum pernah ada. Sehingga seorang guru memang harus terbiasa belajar.
“Demikian hal-hal yang dulu kita merasa mampu melakukannya, di era yang tiba-tiba seperti pandemi COVID kemarin, harus segera adaptasi pada hal baru,” tuturnya.
Himma juga menceritakan, dirinya bisa jadi seseorang yang tampil percaya diri di depan publik berkat sang guru. Padahal saat kecil Himma sangat pemalu bahkan tidak mau tampil di depan kelas.
Sang guru memperhatikan tantangan yang dihadapi Himma kemudian memberikan beberapa tips. Tips tersebut mengantarnya menjadi penyiar radio hingga politikus yang biasa berbicara di depan publik.
Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, yang juga hadir sebagai narasumber, menyepakati apa yang disampaikan oleh Himma. Dia menegaskan, berkelanjutan belajar memang harus dari lahir sampai liang lahat.
Namun, seringkali kita hanya belajar sampai ujiannya selesai. Hal tersebut juga terjadi pada murid. Padahal, saat kembali ke masyarakat, murid dituntut untuk menghadapi berbagai ujian kehidupan.
“Simpelnya, kontribusi apa sih yang mau diberikan, peran apa yang mau diambil? Itu yang akan menjadi ujian terus-menerus. Bagaimana alih-alih proses belajar hanya ujian tertulis, tapi bagaimana memberikan kesempatan pada anak menghadapi ujian saat ini,” terang Bukik.
Bukik memberikan contoh ujian kehidupan yang dimaksud, yakni terkait perilaku membuang sampah. Persoalan ini, seharusnya tidak hanya bisa diserahkan pada mereka yang sudah lulus sekolah atau bekerja di bidang tersebut tapi juga pada murid.
“Alih-alih nunggu lulus, bisa mulai hari ini, mulai ketika belajar di sekolah, ujiannya ya ujian yang senyatanya, murid akan lebih disiplin dan bertanggungjawab ketika diberi kesempatan terlibat untuk menjaga kebersihan.
Dia menjelaskan, sudah banyak riset yang mengungkapkan, seseorang akan jadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab jika diberi kesempatan. Demikian pula yang seharusnya terjadi dengan pembelajaran yang dialami murid.
“Bayangkan jika pemerintah daerah bekerjasama dengan sekolah dalam pembelajaran berbasis projek, ada sepuluh ribu murid saja yang mengerjakan projek, menganalisis masalah di sekitarnya, maka pemerintah akan terbantu untuk mencapai apa yang menjadi targetnya,” kata Bukik.
Dia berharap, melalui TPN X, semakin banyak guru yang berani percaya pada murid untuk memberi kesempatan. Dari situ akan terlihat potensi murid yang sesungguhnya.